(Tanganku gemetar dan sesekali hatiku bergetar....ketika hendak merekam ulang peristiwa itu.....................................)
Tanggal 22 Juni 2019 pukul 12.38 adalah waktu Tuhan menghentikan nafasmu dan seluruh kerja tubuhmu. 2 jm 38 menit sebelum engkau menghembuskan nafas terakhirmu, aku, istriku dan ibu ada disanding tempat tidurmu di ICU. Nafasmu dibantu oleh selang, matamu terkatup rapat dan responmu tidak lagi ada untuk kami. Aku tahu (nggak ngerti darimana keyakinan itu merasuki hati dan pikiranku) bahwa usia bapakku sampai hari itu. Aku pun hanya berserah kepada Tuhan dan mempersiapkan hatiku dan hati ibuku untuk merelakan kepergiannya untuk selamanya.
Tanggal 22 Juni 2019 pukul 12.38 adalah waktu Tuhan menghentikan nafasmu dan seluruh kerja tubuhmu. 2 jm 38 menit sebelum engkau menghembuskan nafas terakhirmu, aku, istriku dan ibu ada disanding tempat tidurmu di ICU. Nafasmu dibantu oleh selang, matamu terkatup rapat dan responmu tidak lagi ada untuk kami. Aku tahu (nggak ngerti darimana keyakinan itu merasuki hati dan pikiranku) bahwa usia bapakku sampai hari itu. Aku pun hanya berserah kepada Tuhan dan mempersiapkan hatiku dan hati ibuku untuk merelakan kepergiannya untuk selamanya.
Hari itu, tanggal 22 Juni 2019 adalah hari yang akan selalu kami kenang karena Tuhan telah melepaskan sakit dan kelemahan tubuh yang lebih 4 tahun dideritanya. Tuhan telah memanggil pulang bapak kami yang terkasih. Kami semua terutama aku, istriku dan ibuku yang harus berhadapan langsung dengan proses sakratulmaut yang dihadapi bapakku tidak kuasa menahan tangis tetapi kami harus belajar rela melepaskannya.
Aku bangga karena aku diberi waktu untuk menghantarkan kepergian bapak. Aku yang mengajak ibu berdoa dan menghiburnya untuk melepaskan kepergian bapak. Sambil menangis kupeluk bapak, kubisikkan ditelinganya kata-kata pengharapan dan kerelaan, mengajak bapak berdoa, di detik-detik ketika tanda-tanda hidupnya mulai memudar.
Aku bangga diberi kesempatan untuk melepaskan bapak dari penderitaannya. 2 jam 38 menit sejak aku masuk ke ruang ICU pada pukul 10.00 WIB. Sejak aku lihat dari pintu ruang ICU, aku melihatmu tidak lagi merespon, matamu sudah tertutup rapat; ibu berdiri disampingmu sambil menitikkan air mata. Sesekali ia bergumam kepada bapak......berbicara kepada bapak.......tetapi begitu lirih tidak dapat ku dengar....karena aku masih menatapmu agak jauh darimu.
Aku bertanya kepada perawat waktu itu, mereka hanya menjawab "biarlah kehendak Tuhan yang terbaik..."